
povarishka.com – Asida adalah hidangan tradisional yang populer di Sudan dan berbagai negara di Afrika Utara serta Timur Tengah. Terbuat dari tepung gandum yang dimasak hingga mencapai konsistensi seperti puding atau bubur kental, asida sering disajikan dengan tambahan mentega, madu, atau kuah berbumbu. Hidangan ini memiliki peran penting dalam budaya kuliner Sudan dan biasanya disajikan saat perayaan atau acara khusus.
Asal-usul dan Penyebaran
Kata “asida” berasal dari bahasa Arab “عصيدة” yang berarti ‘memutar’ atau ‘mengaduk’, merujuk pada proses pembuatannya yang melibatkan pengadukan terus-menerus hingga mencapai tekstur yang diinginkan. Asida telah menjadi bagian integral dari masakan di berbagai negara, termasuk Sudan, Yaman, Libya, Tunisia, dan Ethiopia. Di setiap negara, asida memiliki variasi penyajian dan pendamping yang berbeda, mencerminkan kekayaan budaya kuliner masing-masing.
Proses Pembuatan Asida
Pembuatan asida dimulai dengan mencampurkan tepung gandum ke dalam air mendidih sambil terus diaduk hingga membentuk adonan kental tanpa gumpalan. Setelah mencapai konsistensi yang diinginkan, adonan dibentuk menjadi bulatan atau diletakkan di atas piring saji dengan cekungan di tengahnya untuk menampung saus atau kuah. Di Sudan, asida sering disajikan dengan kuah berbumbu atau saus pedas, memberikan perpaduan rasa yang kaya dan menggugah selera.
Variasi Regional
- Libya: Asida disajikan dengan sirup manis seperti sirup kurma atau carob, serta mentega cair.
- Tunisia: Dihidangkan dengan campuran madu dan mentega atau pasta cabai pedas (harissa), tergantung pada waktu penyajian.
- Yaman: Dikenal sebagai “aseed,” asida di Yaman sering disajikan dengan kuah berbumbu atau fenugreek, dan biasanya disantap saat makan siang atau selama Ramadan.
- Ethiopia: Disebut “genfo,” asida di Ethiopia disajikan dengan mentega khas Ethiopia (niter kibbeh), berbere (campuran rempah-rempah Ethiopia), yogurt, atau susu, dan biasanya disantap saat sarapan.
Peran Budaya dan Sosial
Asida tidak hanya sekadar hidangan, tetapi juga memiliki makna budaya dan sosial yang mendalam. Di banyak negara, asida disajikan saat perayaan keagamaan, seperti Maulid Nabi dan Idul Fitri, serta acara keluarga seperti kelahiran anak. Hidangan ini melambangkan kebersamaan dan sering menjadi pusat dalam jamuan tradisional, di mana keluarga dan teman-teman berkumpul untuk menikmatinya bersama.
Asida mencerminkan kekayaan dan keragaman kuliner di Sudan dan negara-negara sekitarnya. Sebagai hidangan yang sederhana namun kaya akan makna budaya, asida terus menjadi bagian penting dari tradisi kuliner dan identitas masyarakat di wilayah tersebut.Read More